Sabtu, 26 November 2011

SURAT-SURAT KEPADA TIMOTIUS

Bersama Surat kepada Titus, surat-surat ini disebut Surat-surat *Pastoral, karena yang dibicarakan terutama adalah urusan anggota-anggota jemaat. Secara tradisional dianggap bahwa setelah Paulus dibebaskan dari penjara di *Roma, ia melanjutkan pemberitaan Injil di *Kreta, tempat ia ditawan kembali (bnd. Tit. 1:5). Pada kejadian itu teologi dan pengajaran etis Paulus berkembang sejak ia menuliskan Surat 1 Korintus. Tetapi apakah itu mungkin? Bapa-bapa Gereja sejak waktu *Irenaeus memang menganggap Surat-surat Pastoral itu asli dari Paulus, tetapi keberatan terhadap anggapan ini sangat kuat: ajaran sesat yang tercermin lebih *Gnostik sifatnya daripada apa yang diketahui dari masa hidup Paulus. Awal abad kedua ajaran Gnostik seperti itu lazim. Organisasi Gereja telah menjadi masalah benar dan membutuhkan banyak petunjuk dari surat-surat itu. Perbendaharaan kata dan gaya Surat-surat Pastoral berbeda dari yang dimiliki Paulus. Dalam terjemahan pun hal itu tampak. Bagaimanapun, pendapat kebanyakan ahli ialah bahwa Surat-surat Pastoral dituliskan oleh seseorang pada akhir abad pertama atau awal abad kedua dalam keyakinan bahwa apa yang dituliskannya merupakan perkataan Paulus dalam situasi yang baru. Surat-surat itu memuat suatu tuntutan kepada Timotius (1Tim. 2:1--6:19) dengan menggariskan sifat dasar dari kepemimpinan Gereja dan menyesalkan pengekangan diri secara berlebihan seperti dikemukakan oleh para pengajar sesat. Surat Timotius kedua menganjurkan pengalaman penderitaan sebagai bukti dari panggilan yang benar (2Tim. 1:8--2:26).

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI

Surat Paulus keenam dalam PB. Persekutuan Kristen di *Filipi, *Makedonia sangat dihargai oleh Rasul Paulus dan surat ini, a.l. berisikan sambutan hangat alas sumbangan finansial jemaat untuk kebutuhan-kebutuhannya (Flp. 4:15-20). Rupanya ada banyak komunikasi antara Paulus dan jemaat Filipi, baik secara surat-menyurat (Flp. 3:1), maupun melalui kunjungan pribadi dari *Timotius dan *Epafroditus (Flp. 2:19-30). Itulah sebabnya beberapa penafsir berpendapat bahwa kota inilah tempat Paulus dipenjarakan, tempat ia menuliskan surat ini; mestinya dituliskan sekitar 55 M. Penyebutan 'istana' (Flp.1:13) dan 'rumah tangga istana atau Kaisar' dapat saja dikenakan pada Efesus maupun ke Roma. Tetapi, memang tidak ada petunjuk jelas bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Lihat *Filemon. Surat Filipi memuat pujian *Kristologis yang penting, Flp. 2:1-11, yang juga sukar untuk menafsirkannya. Mungkin ini adalah suatu pujian yang sudah beredar di jemaat Kristen. Yang dikutip Paulus di sini sebagai pujian untuk Kristus, yang rela meninggalkan kesetaraan-Nya dengan Allah, menerima kesengsaraan salib, dan akhirnya dinobatkan oleh Allah untuk memerintah seluruh jagad raya. Bagian surat ini digunakan oleh beberapa teolog modern untuk menjelaskan suatu ajaran tentang *inkarnasi: Kristus 'mengosongkan diriNya' dari sifat-sifat ilahi, seperti kemahatahuan dan dengan demikian dalam diriNya sebagai manusia, Ia mempunyai segala keterbatasan pengetahuan dari seorang Yahudi abad pertama. Sekarang teori ini umumnya ditolak, karena sepertinya menampilkan seorang Kristus yang memelihara beberapa sifat ilahi tetapi melepaskan beberapa sifat ilahi lain. Ungkapan Flp. 2:6 memang adalah ungkapan yang sulit, yang kadang-kadang diartikan sebagai 'tidak memanfaatkan kesetaraan-Nya dengan Allah'. Di balik catatan mengenai pre-eksistensi dan kemanusiaan Kristus ini, mungkin ada gambaran Hamba Tuhan dari Yes. 40-55, terutama Yes. 52:13-53:12, yang menderita tidak sepantasnya, tetapi dibenarkan oleh Allah dan dalam peristiwa kematiannya ia membenarkan banyak orang dengan menanggung sendiri kesalahan mereka. Apa yang dilakukan Kristus harus menjadi teladan bagi orang Kristen Filipi, untuk melepaskan keterikatan mereka pada diri sendiri dan untuk memberikan dini bagi orang lain (Flp. 2:4).

SURAT-SURAT PENJARA

Secara tradisional, Surat-surat Filipi, Kolose, Filemon, dan Efesus dikelompokkan bersama, karena surat-surat itu menyebutkan pemenjaraan yang Paulus sedang jalani. Namun, di manakah penjara itu? Kemungkinan, tiga surat yang pertama ditulis di penjara Roma, di masa rezim yang relatif santai bagi Paulus (Kis. 28:30 dyb.), namun rupanya itu bukan satu-satunya tempat pemenjaraan terakhirnya (bnd. 2Kor. 6:5). Karenanya, beberapa sarjana modern berpendapat bahwa surat-surat itu disusun di *Kaisarea atau di *Efesus. Untuk dugaan yang pertama, sedikit sekali atau tidak ada bukti, itu semata-mata hanyalah kemungkinan. Untuk Efesus, ada dukungan dari 1Kor. 15:32: 'aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus' -- namun ini bukanlah dukungan yang dapat dipercaya, karena dengan siksaan dalam amfiteater (gelanggang pertandingan), sulit bagi Paulus untuk bertahan hidup. Kata-kata itu pastilah metaforis, dan yang dimaksudkan adalah lawan manusia. Karena itu, ketiga surat tersebut kemungkinan ditulis di Roma sekitar 58-60 M. Petunjuk-petunjuk ke arah pengawal kaisar (Flp. 1:13) serta rumah tangga *Kaisar (Flp. 4:22), cukup wajar, meskipun tak dapat disangkal, untuk menghubungkannya dengan Efesus. Kemungkinan surat itu dibawa ke Filipi oleh *Epafroditus (Flp. 2:25) sebagai jaminan yang kasat mata bahwa ia telah sembuh dari sakitnya (2:26). Perjalanan yang diperlukan untuk berpindah-pindah ini mungkin menghabiskan waktu empat bulan. Namun, penundaan seperti ini tidaklah mengesampingkan hipotesis Roma. Pada lain pihak, mempertimbangkan jarak dari *Kolose ke Roma, dan juga masalah perjalanan *Onesimus, budak pelarian itu, Efesus lebih masuk akal sebagai tempat penyusunan Surat-surat Kolose dan Filemon. Namun, pemikiran teologis Kolose yang lebih maju memerlukan tanggal penulisan yang lebih kemudian untuk kedua surat ini, yaitu dari Roma.

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA

Dalam PB adalah surat Paulus yang keempat. Apakah surat ini ditulis kepada jemaat-jemaat Paulus di provinsi Galatia, yang dalam Kisah Para Rasul dikatakan telah ia kunjungi, atau kepada jemaat-jemaat lain pula yang tidak disebutkan, yaitu jemaat-jemaat etnis Galik di bagian utara provinsi kerajaan Galatia kuno? Jika tujuan pertama (di bagian selatan) diterima, maka surat itu pasti merupakan surat Paulus yang paling awal, ditulis pada !!+/- 48 M, kepada jemaat-jemaat hasil pekabaran Injilnya. Jika yang kedua yang diterima, maka sepertinya surat itu ditulis setelah 1 Tesalonika dan sebelum 1 Korintus. Semua itu tergantung pada apakah kunjungan Paulus ke Yerusalem yang diceritakan dalam Gal. 2 adalah kunjungan untuk mengikuti 'konsili' di Yerusalem dalam Kis. 15 (49 M). Seandainya benar demikian, surat ini ditulis kemudian dan merupakan tanggapan keras terhadap para pelawannya, yang menuduh bahwa tindakannya di *Antiokhia tidak konsisten dengan kesepakatan Yerusalem. Jika tidak demikian, maka dapat dipahami bahwa keputusan konsili itu tidak pernah dirujuk, karena konsili itu belum terjadi. Sangat mungkin bahwa 'daerah Galatia' dalam Kis. 16:6 adalah daerah sebelah utara, yang berbeda dengan daerah urban, yang menurut Kis. 16:1-5, telah dikunjunginya. Karena itu, ada dasar yang masuk akal untuk menerima kedua pandangan mengenai: waktu penulisan dan alamat surat tersebut mungkin untuk wilayah selatan dan ditulis; lebih awal (kira-kira 48 M), atau yang lebih lazim dalam pandangan modern, untuk wilayah utara dan ditulis kemudian. Bahasa surat-surat Paulus rata-rata keras; jelas ia merasakan bahwa pesan dan kedudukannya sebagai rasul terancam. Kelompok yang singgah di Galatia (kemungkinan mereka adalah orang-orang Kristen *Farisi) berpendapat bahwa orang-orang *bukan Yahudi yang telah menjadi Kristen harus pula menjadi warga umat *perjanjian Allah (Israel) dan menaati *Taurat, terutama laki-laki harus *disunat Yang terjadi bukan hanya pertentangan Paulus dengan para penentangnya. Ketika ia pergi ke Yerusalem bersama *Titus, seorang bukan Yahudi yang telah bertobat, 'saudara-saudara palsu' tertentu kemudian mengungkit masalah sunat, yang ditolak oleh Paulus (Gal. 2:3). Mereka juga mengklaim bahwa kerasulan Paulus seperti itu berasal dari jemaat Yerusalem, dan bahwa ia tidak memiliki wewenang untuk menyimpang dari *pengajaran mereka. Paulus menandaskan bahwa ia telah dipanggil oleh Kristus sendiri. Hal yang menyakitkan bagi Paulus terutama adalah ketika *Petrus berkunjung ke *Antiokhia (yang adalah pangkalan Paulus) dan mengingkari maksudnya semula untuk ambil bagian dalam jamuan bersama (kemungkinan termasuk *Perjamuan Kudus), yang dihadiri juga oleh orang-orang kafir. Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa kita 'dibenarkan' karena *iman dalam Kristus, bukan karena melakukan hukum Taurat. Tema fundamental ini terkenal dipahami oleh Martin Luther berkenaan dengan pengalaman religiusnya sendiri dan penolakannya terhadap upaya-upaya keras untuk memperoleh keselamatan melalui disiplin biara Katolik. Dengan demikian, sejak saat itu ia telah memberi eksegesis secara keliru. Luther merasakan kebebasan luar biasa, ketika ia melepaskan beban perasaan bersalah yang amat mendalam. Ia membaca perkataan Paulus dalam Surat Galatia dan Roma yang mengatakan bahwa Allah menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya, sekalipun ia adalah orang berdosa. *Kebenaran diberikan kepadanya, ia dinyatakan sebagai orang benar oleh karena kebaikan anugerah Allah, sekalipun ia tetap seorang berdosa. Namun, *eksegesis Luther keliru. Paulus tidak terobsesi oleh dosa-dosanya (Flp. 3:6), tetapi oleh pertobatan dirinya dari warga umat perjanjian, yang memberi tanggapan terhadap *anugerah Allah dengan ketaatan terhadap Taurat, menjadi anggota *persekutuan yang percaya kepada Kristus. Orang masuk ke dalamnya bukan karena sunat, melainkan melalui *baptisan, dan memberikan tanggapan melalui kasih yang hidup secara aktif, dengan melibatkan seluruh keberadaannya. Bagi mereka yang dipersatukan dengan Kristus (Gal. 3:28), hal ini merupakan dimensi yang baru (2Kor. 5:17). Baik para penentangnya, maupun Paulus sendiri, sepakat bahwa PL memberitakan bahwa Allah Israel menghendaki keselamatan semua manusia, termasuk orang bukan Yahudi, seperti halnya orang Yahudi. Namun, para penentangnya menekankan bahwa orang-orang bukan Yahudi yang menerima Yesus sebagai *Mesias harus terlebih dulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci, sebagaimana dijelaskan dalam Kej. 17 untuk semua keturunan *Abraham. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama hanyalah *iman (Gal. 3:8). Bagi orang-orang bukan Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dengan Kristus (Gal. 3:26). Sekarang, umat Kristenlah anak-anak Abraham yang sesungguhnya. Jika orang-orang Kristen Yahudi ingin meneruskan kebiasaan sunat, terserah mereka (Gal. 6:15; 1Kor. 7:19-20). Hal tersebut bukan masalah panting. Namun, tidak ada laporan bahwa tuntutan tersebut dipaksakan secara kategoris kepada orang-orang bukan Yahudi (Gal. 2:21). Cara yang dipilih Allah untuk *menyelamatkan adalah melalui Kristus -- melalui *kematian dan *kebangkitan-Nya. Keselamatan tersebut diterima melalui iman yang diungkapkan dalam baptisan. Hal ini merupakan janji yang diberikan kepada Abraham. Umat Kristen dimerdekakan dari perbudakan Taurat dan memiliki kehidupan baru -- namun, bukan kehidupan babas tanpa pertanggungjawaban. Im. 19:18 memberi petunjuk lebih lanjut: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri' (Gal. 5:14). Dalam pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasar perbuatannya, tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KOLOSE

Surat Paulus yang ketujuh dalam PB. Guru-guru agama telah masuk di lembah Lycus dan mengacaukan ketenangan jemaat Kolose. Di sana terdapat banyak diskusi cendekiawan mengenai identitas mereka. Apakah mereka orang-orang *Gnostik -- aliran yang tumbuh subur pada abad kedua M? Atau orang-orang Yahudi Kristen? Atau orang-orang Yahudi yang setia? Meskipun Gnostikisme hampir sepenuhnya menunjukkan diri pada abad kedua M, jejak-jejaknya telah jelas sebelumnya, dan beberapa di antaranya terlacak sebagai ajaran sesat, yang tampaknya tercermin dalam Surat Kolose. Gnostikisme adalah campuran dari berbagai sumber spekulasi tentang alam semesta, yang dianggap terbagi antara kuasa baik dan kuasa jahat yang bertempur di dunia ini. *Keselamatan tersedia bagi kelompok yang memiliki hak istimewa, yaitu mereka yang memiliki pengetahuan esensial (gnosis) dari sosok yang diwahyukan. Dengan pengalaman-pengalaman visionernya, kaum Gnostik mempromosikan asketisme dan penyangkalan terhadap dunia material, sehingga beberapa sarjana menganggap ketidaktertarikan surat ini terhadap kerendahan hati, peribadahan kepada *malaikat (Kol. 2:18) dan konsep mengenai *pleroma (Kol. 1:19) sebagai petunjuk ke arah Gnostikisme. Pada pihak lain, surat ini kelihatannya tidak dimaksudkan untuk menolak *doketisme Gnostik, atau menganggap bahwa kaum Gnostik benar-benar beribadah kepada malaikat, walaupun makhluk ini dianggap memiliki andil dalam dunia kejahatan. Dengan alasan ini, ada pandangan lain bahwa yang disangkal oleh Surat Kolose adalah ajaran orang Yahudi yang masih merayakan dan berpantang pada hari-hari tertentu (Kol. 2:16) dan memuliakan para malaikat sebagai utusan-utusan Allah; mereka menolak ketaatan kepada Kristus (Kol. 1:15-20) dan berpegang pada *Taurat yang dipilih sebagai sarana keselamatan. Lebih dari itu, *guru-guru palsu menuntut *sunat. Semua itu merupakan petunjuk kepada `Yudaisme sebagai bidat yang diserang di sini, namun kemungkinan mereka adalah orang-orang Kristen Yahudi, karena dalam Kol. 4:11, penulis menyebut dengan tegas sedikit orang Yahudi Kristen yang masih mendukungnya. Benar, surat ini tidak berisi penyalahgunaan kekerasan seperti celaan Paulus terhadap orang Yahudi Kristen di Galatia (Gal. 3:1), namun seluruh pendekatannya lebih tenang dan bijaksana dan lebih merupakan pernyataan positif mengenai iman Kristen. Mungkin, karena kehidupan dan pengalamannya kemudian hari, Paulus belajar berapologi secara lebih baik. Namun, apakah Paulus penulisnya? Hal ini diragukan. Kalimat-kalimat yang panjang tidak mirip dengan gaya surat-surat Paulus yang lain. Banyak kata-kata pendek (seperti 'sehingga' dan 'namun') yang merupakan kekhasan surat-surat lainnya, tidak terdapat dalam Surat Kolose. Tema teologis yang besar mengenai kepemimpinan Kristus atas Gereja am dan pengingkaran terhadap *eskhatologi masa depan, semua itu mengarah pada penulis lain. Namun, tetap ada alasan yang kuat untuk berpegang pada pandangan tradisional. Paulus cukup mampu menyesuaikan bahasanya dengan kondisi dan situasi (bnd. 1Kor. 9:19-23) dan masih terdapat ungkapan pengharapan ke masa depan (Kol. 3:4; 3: 24), dan tema kehidupan masa kini dalam *Roh telah diantisipasi dalam surat-surat sebelumnya. Namun bagi banyak pembaca, hubungan yang jelas dengan surat Paulus yang asli kepada Filemon (Kol. 4:9) sangat menentukan. Esensi pesan surat ini adalah keunikan peran Kristus. Dalam Dia *persekutuan Kristen mendapat kepastian keselamatan. Paulus menggunakan konsep Yahudi mengenai *hikmat (Kol. 1:9), yang juga menarik orang untuk bertobat dari paganisme. Hal ini merupakan contoh awal bagaimana memperhalus konsep untuk mengungkapkan iman Kristen dalam terminologi yang sesuai dengan para pendengar yang baru, yang baginya kerangka konservatif asing tidak memiliki arti. Ini merupakan penjelasan yang sangat cerdik. Dalam Kristus hikmat Allah menjadi jelas dan maksudnya terlaksana. Kata-kata akrab lain yang digunakan adalah 'kepenuhan' (Kol. 1:19; 2:9) dan 'rahasia' (KoL 1:26 dyb.; 2:2), yang dengannya Paulus mengklaim bahwa seluruh keberadaan dan kuasa Allah telah hadir dalam Kristus. Tidak ada perantara yang lain, seperti hukum Yahudi (Kol. 2:14). Dengan demikian, Paulus, sekalipun ia adalah manusia abad pertama, dengan tegas menolak mitologi-mitologinya, entah Yahudi atau Helenistis, yang menempatkan bermacam-macam penghalang supranatural antara Allah dengan manusia. Bagi Paulus, transendensi Allah adalah mutlak, dan Allah dalam Kristus berbicara langsung dengan manusia. Jika surat ini ditulis selama pemenjaraan Paulus di Roma, maka waktunya mungkin antara tahun 60 dan 64 M.

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA

Ditulis di *Korintus, sekitar tahun 57 M, kepada jemaat yang belum pernah dikenalnya secara langsung tetapi yang ia harapkan segera dapat engunjunginya. Surat Roma dimaksudkan untuk mempersiapkan kunjungan Paulus itu. Paulus menulis untuk memberi uraian hati-hati mengenai pengertiannya tentang Gereja Kristen dalam hubungannya dengan orang Yahudi dengan siapa Tuhan Allah yang membuat *perjanjian: orang Yahudi adalah 'umat pilihan' dan banyak di antara mereka yang sekarang menjadi anggota Gereja di Roma yang mungkin diketuai oleh seorang tokoh, tidak kurang daripada Petrus. Rasul terkemuka itu mungkin datang ke Roma tak lama sebelum Paulus menulis suratnya ini (ia mati di bawah pemerintahan Kaisar Nero pada 64 M). Dengan demikian, tugas Paulus menjadi sulit, sekalipun bagi Paulus sendiri (Rm. 15:24) tujuan utamanya adalah melewati Roma terus maju ke barat dengan bantuan orang di Roma. Apabila surat Paulus kepada jemaat *Filipi ditulis dari Roma, maka ada bukti (Flp. 4:22) bahwa agama Kristen telah masuk di lingkungan istana di Roma. Gereja telah membuat perjalanan dari Yerusalem ke ibu kota sang kaisar dan sebaiknya rasul bagi orang *bukan Yahudi, Paulus buru-buru ke sana. Pokok utama Surat Roma adalah *keselamatan yang diberikan Allah kepada seluruh umat manusia melalui jalan iman dari injil. Paulus menguraikan hal ini ke dalam tiga arah: pertama sebagai semacam negarawan ia menelusuri kedudukan orang Yahudi sekarang dan kemungkinan bagi Yudaisme di masa depan; kemudian sebagai seorang teolog ia memikirkan kebangkrutan dari Yudaisme tersebut dan apa jalan penyelamatannya; dan akhirnya sebagai orang yang aktif bertindak, Paulus menyatakan maksud-maksudnya dan rencana-rencananya. Paulus sadar bahwa ada dua kelompok dalam jemaat Roma (Rm. 14-16): Yahudi yang menjadi Kristen dan Kristen bukan Yahudi (as al kafir). Paulus man supaya kelompok Yahudi menyadari bahwa kelompok Kristen bukan Yahudi yang tidak berpegang pada hukum *Taurat Yahudi mewakili jantung kehidupan Gereja. Orang Kristen Yahudi harus beribadah bersama yang bukan Yahudi dan melepaskan ikatan emosional maupun ikatan legal mere dengan *sinagoge sebelum Paulus tiba. Tak dapat dihindarkan Paulus menghadapi suatu persoalan: apabila Yesus adalah *Me. sias, apa yang harus dikatan tentang penyataan dalam PL. Jika Tuhan Allah sekarang memanggil orang kafir, tidakkah Tuhan itu tidak setia pada janjinya kepada orang Yahudi? Soal ini diuraikan Paulus dalam Rm. 9-11. Sesungguhnya Paulus menyatakan bahwa PL memperlihatakan bagaimana Allah memilih umat-Nya dengan bebas tanpa pertimbangan keturunan lahiriah atau kebangsaan. Paulus juga harus menguraikan secara lengkap pandangannya yang pernah ia bayangkan kepada orang Galatia, khusus tentang hukum Taurat (*Tora). Taurat itu serentak kudus, benar dan baik (Rm. 7:12), tetapi orang Kristen dibebaskan daripadanya (7:6) dan mereka dibebaskan karena keselamatan itu adalah dalam Kristus dan tidak dicapai melalui jalan hukum-hukum makanan, kehidupan yang terikat pada ketaatan pada *Sabat atau *sunat. Semua dibenarkan hanya oleh iman dan tidak seorangpun dapat menyombongkan hasil yang dicapainya. Ketaatan pada Taurat bukanlah ukuran yang menentukan bahwa seseorang itu benar dalam hubungannya dengan Allah, oleh karena itu orang Kristen itu mati bagi hukum Taurat (Rm. 7:4). Ukuran untuk kebenaran adalah iman kepada Kristus yang telah menggantikan kedudukan hukum Taurat di pusat kehidupan heriman (Rm. 10:4). Hokum Taurat itu tidaklah buruk pada dirinya sendiri (hukum ini 'kudus'), tetapi hati manusia memutarbalikkannya menjadi buruk, khususnya dalam hukum jangan mengiri. Paulus sadar bahwa kecamannya terhadap hukum Taurat itu dapat mengundang tuduhan bahwa ia tidak mengacuhkan moral. Maka ia menuliskan empat pasal (Rm. 12-15) untuk menghubungkan 'injil'nya (Gal. 1:9) dengan kewajiban kehidupan sehari-hari di Gereja dan masyarakat dengan motif utamanya, yaitu *kasih, dan tutuntan kasih itu malah lebih tepat daripada tuntutan Taurat. Surat Roma sepertinya berakhir dengan pasal 15 dan menjadikan Rm. 16 suatu lampiran. Hal ini menyebabkan beberapa penafsir mengusulkan bahwa surat ini adalah suatu surat edaran dengan membubuh-. kan salam-salam khusus kepada masingmasing Gereja pada akhirnya, tetapi untuk usul ini tidak cukup bukti. Suatu doksologi serupa juga ada para akhir pasal 11. Untuk waktu yang cukup lama, para penafsir suka menafsirkan Surat Roma dalam cara Martin Luther menafsirkannya -- yaitu bahwa Paulus menentang pandangan orang Yahudi mengenai perbuatan baik yang dituntut oleh hukum Taurat menghasilkan upah di mata Tuhan, sehingga manusia itu dibenarkan oleh perbuatannya. Luther menekankan, bahwa Paulus sebaliknya mengatakan bahwa diterimanya manusia oleh Allah dan dibebaskannya manusia dalam penghakiman akhir, hanya tergantung pada anugerah Allah semata-mata dan pada iman di pihak manusia. Luther memikirkan kenyataan Gereja Katolik dan disiplin keras serta asketisme yang penuh kekhawatiran dalam hidupnya sebagai biarawan. Luther merasa dibebaskan dengan membaca Surat Roma dan Galatia. Tetapi, sebenarnya keadaan Luther bukanlah keadaan abad pertama ini. Serangan Paulus atas hukum Taurat bukanlah karena hukum itu mendirikan kebenaran sendiri melalui penumpukan pahala, melainkan karena kedudukan hukum Taurat itu sudah digantikan oleh Kristus dalam rangka keselamatan yang dikerjakan Allah. Karena itulah orang Yahudi dan orang bukan Yahudi mempunyai kedudukan yang sama. Dalam arti itulah Paulus dapat menyatakan bahwa 'ia mengukuhkan Taurat' (Rm. 3: 31). Taurat itu menempatkan orang Yahudi dalam kedudukan yang sama: keduanya bersalah di hadapan Allah dan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi dalam Gereja bersatu dalam Kristus (Rm. 3:21-30). Sama sekali tidak mungkin dipertanyakan agar orang bukan Yahudi yang bertobat itu harus lebih dulu tunduk pada Taurat dan disunat sebelum *dibaptiskan. Orang Kristen Yahudi harus melepaskan semua ikatannya dengan sinagoga dan bersekutu dengan orang bukan Yahudi dalam kehidupan beribadah dan bermasyarakat menurut dasar pikiran Paulus (Rm. 15:7). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan bayangan suatu kegagalan; orang Yahudi dapat mengacaukan rencananya; persembahannya (untuk jemaat Yerusalem) mungkin tidak diterima (Rm. 15:31). Dan menurut Kitab Kisah Para Rasul, Paulus sampai di Roma tetapi sebagai tawanan (Kis. 28:16).

Gembala, Surat-Surat ~G, Pastoral

Gembala (Surat-Surat G/Postoral).
  1. (I). NAMA. Kedua surat kepada Timotius (1Tim dan 2Tim) dan surat kepada Titus (Tit) mirip satu sama lain dalam bentuk dan isinya, namun bukan hanya di dalam surat-surat Paulus, melainkan di dalam keseluruhan kumpulan surat-surat PB merupakan sekelompok khusus dengan corak yang khas tersendiri. Semua surat PB lainnya (dengan pengecualian surat kepada Filem.) berbentuk surat kepada jemaat, tertuju pada sebuah gereja lokal dan ditentukan untuk dibacakan pada pertemuan jemaat di situ . Tetapi 1/2Tim dan Tit merupakan surat yang ditujukan pada perorangan, yang dipandang menjadi rekan sekerja Paulus dan memimpin jemaat di Efesus dan di Kreta. Di dalam surat-surat yang lain, Injil diuraikan kembali, bahkan didesakkan. Lain dengan ~SG yang memuat ajaran tentang cara memerangi orang bidaah, tentang mengatur jemaat dan memberi petunjuk khusus untuk karya pastoril. Dari dasar tersebut, maka ketiga pucuk surat ini dinyatakan dengan sebutan yang sudah terbiasakan sejak abad 18, yaitu: Surat-surat Gembala (Pastoril) yang membei corak yang tepat.
  2. (II). ISI.
    1. (1) 1 Tim: Setelah ucapan salam (1Tim 1:1-2) penulis menunjukkan di dalam bagian pertama, bahwa memerangi orang bidah merupakan tugas khas Timotius di Efesus (1Tim 1:3-20). Di dalam bagian kedua diuraikan soal pengaturan Gereja (1Tim 2:1-3:16): Nasihat soal ibadat (1Tim 2:1-15), tuntutan bagi para pejabat gereja (1Tim 3:1-16). Pada bagian ketiga diuraikan ciri-ciri orang bidaah secara lebih mendalam (1Tim 4:1-11). Bagian keempat merupakan nasihat-nasihat perihal pelaksanaan jabatan yang benar (1Tim 4:12-6:2). Setelah mengadakan perluasan uraian soal orang bidaah (1Tim 6:3-19) kemudian lalu disusul dengan peringatan terakhir dan salam penutup (1Tim 6:20-21).
    2. (2) 2 Tim. Setelah ucapan salam (1Tim 1:1-2) dan kata-kata pribadi kepada Timotius (1Tim 1:3 dst.), maka ia lalu menerima peringatan dalam bagian pertama (1Tim 1:6-2:13) agar setia melaksanakan pengabdian Injil. Di dalam bagian kedua penulis memberikan petunjuk soal hubungan yang semestinya terhadap orang yang mengajarkan bidaah (1Tim 2:14 sampai 1Tim 4:8). Pada penutup surat itu (Kis 4:9-22) dilukiskan kedua pribadi peulis yang mengajukaan permintaan, penugasan dan salam.
  3. (III). PENERIMA SURAT.
    1. (1) Timotius, putera seorang ayah kafir (: Yunani) dengan seorang ibu Yunani-kristen yang saleh (Kis 16:1). Ia bertobat menjadi Kristen oleh Paulus, barangkali di dalam perjalanan misionaris yang pertama (Kis 14:6) dan dibawanya menjadi pembantu dalam perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis 16:1-3) dan disunatkan. Sejak saat itu ia menjadi teman tetap dalam perjalanan Rasul Paulus. Pada perjalanan misionaris yang kedua Paulus mempercayakan sebuah tugas perutusan penting ke Thesalonika kepada Timotius (1Tes 3:2-6). Di dalam perjalanan misionaris yang ketiga ia diberi tugas berat untuk pergi dari Efesus ke Korintus melintasi Makedonia (1Kor 4:17; 16:10-11; Kis 19:22). Ia menyertai Paulus waktu pulang dari Korintus ke Yerusalem (Kis 20:4) dan pada penahanan Paulus yang pertama di Roma (tahun 61-63; Filip 1:1; 2:19; Kol 1:1; Filem 1:1). Paulus memaklumkan pujian atas dia dalam Filem 2:19-23; Ibr 13:23 memberitakan soal ditahannya (seorang) Timotius.
    2. (2) Titus. Putera dari orang-tua kafir (Gal 2:3). Barangkali ia juga ditobatkan oleh rasul Paulus (Tit 1:4) dan menjadi anggota jemaat Anthiokhia. Tanpa menerinma surat, ia pergi bersama-sama Paulus dan Barnabas ke Yerusalem untuk menghadiri Konsili para Rasul (Gal 2:1-5). Menjelang akhir perjalanan misionaris yang ketiga ia dikirim dari Efesus membawa apa yang disebut surat air-mata menuju ke Korintus (2Kor 2:13; 7:6-7; 6:6; 2Kor 12:17-18) dan memulihkan ketaatan jemaat yang bagi Paulus boleh dinyatakan sudah hilang. Dari Makedonia Paulus segera mengirim dia ke Korintus lagi untuk menyelesaikan soal dana di situ dan menyerahkan surat Korintus yang kedua (2Kor 8:6; 16-23; 12:18).
  4. (IV). KEASLIAN SURAT-SURAT.
    1. (1) ~SG kelihatannya seperti surat Paulus (1Tim 1:1,3,12-16,19-20; 2Tim 1:1,11-12; 3:11; 4:9-18; Tit 1:1-3). Di dalam kodeks Paulus yang tertua (awal abad 3) ~SG tidak ditemukan, demikian pula di dalam Kanon Marcion (sekitar tahun 150). Sejak akhir abad 3 ~SG baru dihitung sebagai surat Paulus dan dimasukkan ke dalam --> Kanon PB. Sejak awal abad 19 SG dipandang oleh pihak para eksegit Protestan maupun Katolik sebagai mengandung alasan penting yang membangkitkan keragu-raguan, bahwa penulis SG adalah Paulus, karena alasan sejarah, theologi dan bahasa.
    2. (2) Kesukaran-kesukaran sejarah.
      1. (a) ~SG tidak mempunyai tempat pada sejarah hidup Paulus. Surat-surat itu memuat laporan keadaan, yang pada zaman hidup Paulus tidak dapat dipersatukan seperti yang kita ketahui dari Kis dan surat-surat Paulus (: kerja-sama antara Paulus dengan Timotius dan Titus. Corak hakikinya berbeda dengan Paulus selaku seorang tahanan Romawi, seperti yang diungkapkan dalam berita Kisah Para Rasul). Oleh sebab itu SG harus dipindahkan setelah tahun 63. Meskipun dimungkinkan, bahwa rasul Paulus setelah dibebaskan dari tahanan-nya yang pertama dan bekerja kembali, namum hal itu hampir tidak mungkin, bila dilihat dari Rom 15:19,23 dan Kis 20:25,28, bahwa Paulus masih datang di daerah Timur (Efesus, Kreta, Korintus, Miletus) seperti yang diandaikan oleh ~SG tesebut.
      2. (b) Soal perjuangan melawan orang yang mengajarkan bidaah. Soal ajaran bidaah di situ merupakan ajaran dari para anggota jemaat kriten (1Tim 1:4; 6:4; 2Tim 2:23; Tit 1:14) yang berasal dari agama Yahudi (Tit 1:10-11), yang menggantungkan dirinya pada sebuah pengertian khusus (Gnosis; 1Tim 6:20). Oleh karena disitu belum ditemukan keterangan soal elemen-elemen khas dari sistim-sistim besar Gnosis dalam abad ke-2, maka ajaran salah yang disebutkan harus diajukan pada akhir abad pertama. Tambah pula, bahwa perbedaan sikap terhadap orang yang mengikuti ajaran bidaah itu hampir tidak dapat diterangkan melulu dari perkembangan batin rasul sendiri, melainkan dari perubahan sikap terhadap ajaran, iman dan gereja sebagai sebuah institusi.
      3. (c) Organisasi Gereja seperti yang tampak pada ~SG adalah dari waktu yang lebih muda daripada zaman hidup Paulus. ~SG sudah mengenal tugas-tugas jemaat seperti tugas para episkopi (Tit 1:5,7; --> Uskup), tugas para --> Diakon, (tugas) para janda, barangkali juga dari para diakon puteri (1Tim 3:11), apabila disitu bukan dimaksudkan isteri para Diakon. Mereka membentuk sebuah kelompok kolegium (1Tim 4:14). Sebaliknya para karismatik dipandang utama pada zaman Paulus (1Kor 12:1-31) dan di dalam ~SG jemaat dinyatakan mundur secara menonjol sekali. Jemaat tidak bisa ikut bekerja pada pemilihan maupun pengangkatan atau pentahbisan para pejabat (bdk. sebaliknya Kis 13:1-3), karema mereka itu telah menjadi sebuah jemaat yang berdoa dan mendengarkan (1Tim 2:18; 4:13,16). Pertanggunganjawab beralih pada pemimpin jemaat, yang sukar sekali diterima dalam jalan pikiran Paulus.
    3. (3) Lebih penting lagi alasan-alasan theologis berikut ini, yang membuat kita ragu-ragu, bahwa Paulus menjadi penulis ~SG: Titik pusat ~SG adalah kelakukan etik. Iman itu bukan lagi menjangkau keselamatan dengan kepercayaan besar, melainkan persoalannya dialihkan pada ajaran yang sehat (1Tim 1:10; 2Tim 4:3; Tit 1:9). Beriman adalah percaya akan apa yang benar. Di dalam ajaran tentang Allah dan di dalam kristologi timbul term-term baru (penyelamat, epifani) yang diambil dari permulaaan atas penguasa helenis dan aliran misteri. Di samping itu digunakan ungkapan pengakuan kuno yang dibentuk oleh tradisi. Ungkapan-ungkapan (syahadat) itu menunjukkan suatu Kristologi yang lebih sederhana daripada Kristologi di dalam Surat Paulus lainnya (1Tim 2:5-6; 6:13-16; 2Tim 2:8). Tekanan berat ditaruhkan pada tradisi (1Tim 6:20; 2Tim 1:12-14). Segala perbedaan tersebut menunjukkan perubahan sikap dasar, bila dibandingkan dengan Paulus. Gereja memulai mencari tempat yang tepat di dalam dunia (1Tim 2:2; Tit 2:11; bdk. sebaliknya 1Kor 7:29 dst).
    4. (4) Berat pula keragu-raguan tentang bahasa, yang diajukan untuk melawan keaslian ~SG. Sejumlah kata-kata dan ungkapan-ungkapan khas dari rasul tidak ditemukan di dalam ~SG. Sebaliknya kata-kata yang digunakan di dalam surat lain, di sini mempunyai arti yang lain, mempunyai kegunaan kontruksi maupun keacapkalian yang lain pula. Sebaliknya ~SG mempunyai kata-kata dengan ungkapan-ungkapan yang khas dan tidak ditemukan pada surat-surat Paulus lainnya. Bahasanya lebih kuat bercampur dengan percakapan lingkungan helenis sehari-hari yang lebih tinggi dan dengan lingkungan ajaran kebijaksanaan Helenis Yahudi. Semua itu melebihi surat-surat Paulus lainnya. Apabila orang masih lebih memperhatikannya, bahwa 2Tim, karena begitu panjang maupun karena keadaan lingkungan Paulus selaku tahanan, tidaklah mungkin kalau Paulus sendiri yang menulis surat itu sendiri di dalam penjara. Padahal surat ini tidak dapat dipisahkan dari kedua ~SG lainnya. Kesimpulannya adalah: Bahwa ketiga surat itu tidak bisa menjadi hasil tulisan tangan Paulus pribadi.
    5. (5) Oleh karena itu ~SG ini tidak begitu langsung berhubungan dengan Paulus seperti surat-surat Paulus yang besar-besar (Rom, 1/2Kor, Gal.). Barangkali seorang murid dan sekretaris Pauluslah yang diberi tugas untuk menulis surat-surat itu dalam waktu dekat sebelum kematiannya (65-66). Lebih besar lagi kemungkinannya, bahwa seorang kristen di zaman sesudah Paulus menulis ~SG dalam serangannya melawan Gnosis yang mulai berkembang dan gereja sedang menghadapi awal sebuah pengejaran. Di dalam menulis ~SG ia mengambil banyak bahan dari warisan rasul yang ada. Kalau demikian, maka terjadinya ~SG harus ditempatkan menjelang akhir abad 1, sebab ketiga jabatan di dalam hirarki (: diakon, presbiter dan Uskup) seperti yang kita temukan di dalam surat-surat Ignatius dari Antiokhia (+ sekitar tahun 117) belum ditemukan. Sebagai tempat asal tulisan itu dapat dipersoalkan sebuah tempat di Makedonia (1Tim 1:3) atau juga kota Roma (2Tim 1:17).
  5. (V) ARTI DARI ~SG. Arti dari ~SG terutama terletak pada uraian soal susunan organisasi jemaat kristen dalam pertengahan kedua di abad pertama. Keterangan itu memberi lukisan yang berharga sekali atas jemaat-jemaat kristen, yang berjuang mempertahankan harta iman yang diwariskan kepada mereka. merekapun berjuang mempertahankan etik kristen berhadapan dengan lingkungan kafir. Keterangan itu memberikan lukisan pula, bagaimana usaha memenuhi tugas-tugas sosial-karitatif dilakukan oleh jemaat-jemaat kristen yang muda itu. Di atas semuanya itu tadi ~SG menunjukkan bagaimana generasi berikut melihat dan menghormati rasul para bangsa. Tambahan lagi, bagaimana mereka ciptakan garis-garis petunjuk yang disimpulkan dari pesan rasul, untuk memimpin jemaat dan melawan ajaran salah, sekaligus mencari kekuatan bagi para rasul kristen yang berada di dalamnya.

SURAT-SURAT KEPADA TIMOTIUS DAN TITUS

Kedua Surat kepada Timotius dan satu Surat kepada Titus, umumnya disebut 'Surat-surat Penggembalaan', termasuk pada masa akhir hidup Paulus dan menjelaskan pikirannya tatkala ia bersiap-siap mengalihkan tugas-tugasnya kepada orang lain. Surat-surat ini dialamatkan kepada dua orang dari rekan sekerjanya yg paling akrab, karena itu merupakan surat-menyurat Paulus yg berbeda dari Surat-suratnya kepada jemaat-jemaat terdahulu.
I. Garis besar isi
1 Tim
a. Paulus dan Timotius (1 Tim 1:1-20). Timotius harus menampik ajaran sesat di Efesus (3-11); pengalaman Paulus tentang rahmat Allah (12-17); tugas khusus untuk Timotius (18-20).
b. Ibadah dan tata tertib dalam jemaat (1 Tim 2:1; 4:16). Doa di depan umum (1 Tim 2:1-8); kedudukan kaum perempuan (1 Tim 2:9-15); sifat-sifat penilik jemaat dan diaken (1 Tim 3:1-13); sifat-sifat dan musuh-musuh gereja (1 Tim 3:14; 4:5); tanggung jawab pribadi Timotius dalam jemaat (1 Tim 4:6-16).
c. Tata tertib dalam jemaat (1 Tim 5:1-25). Tindakan yg cocok terhadap berbagai kelompok, terutama janda dan penatua (1 Tim 5:1-25).
d. Berbagai nasihat (1 Tim 6:1-19). Mengenai para budak dan tuan (1 Tim 6:1-2); pengajar-pengajar sesat (1 Tim 6:3-5); kekayaan (1 Tim 6:6-10); tujuan hidup seorang abdi Allah (1 Tim 6:11-16); kekayaan lagi (1 Tim 6:17-19).e. Nasihat terakhir kepada Timotius (1 Tim 6:20-21).
2 Tim
a. Paulus menghormati Timotius secara khusus (2 Tim 1:1-14). Salam dan terima kasih (1-5); nasihat yg menguatkan hati Timotius (6-14).
b. Rekan sekerja Paulus (2 Tim 1:15-18). Orang-orang Asia yg tidak setia dan Onesiforus yg suka melayani (15-18).
c. Petunjuk petunjuk khusus untuk Timotius (2 Tim 2:1-26). Paulus menguatkan hati Timotius dan menasihatinya (1-13); nasihat mengenai tindakan menghadapi pengajar-pengajar sesat (14-16).
d. Nubuat mengenai hari-hari terakhir (2 Tim 3:1-9). Masa kemerosotan susila yg akan datang (1-9).
e. Tambahan nasihat kepada Timotius (2 Tim 3:10-17). Paulus mengingatkan penganiayaan yg dialaminya dahulu (10-12); nasihat bagi Timotius supaya tetap setia seperti pada mulanya (13-17).
f. Kata-kata perpisahan Paulus (2 Tim 4:1-22). Nasihat terakhir kepada Timotius (1-5); pengakuan iman Paulus (6-8); beberapa permintaan dan peringatan pribadi (9-15); pembelaan diri Paulus yg pertama dan harapannya untuk masa depan (16-18); salam dan berkat (19-22).
Tit
a. Salam Paulus kepada Titus (Tit 1:1-4). Kesadaran Paulus mengenai panggilannya yg mulia (1-4).
b. Jenis watak yg cocok untuk menjadi penatua (Tit 1:5-9).
c. Pengajar-pengajar sesat di Kreta (Tit 1:10-16). Sifat mereka dan perlunya mereka ditempelak (10-16).
d. Kelakuan orang Kristen (Tit 2:1-10). Nasihat mengenai orang-orang yg tua, pemuda-pemuda dan budak-budak (110).
e. Ajaran Kristen (Tit 2:11; 3:7). Apa yg dibuat kasih karunia Allah bagi orang Kristen (Tit 2:11-15); apa yg patut dilakukan orang Kristen dalam hidup masyarakat (Tit 3:1-2); perbandingan agama Kristen dengan kekafiran (Tit 3:3-7).
f. Nasihat terakhir kepada Titus (Tit 3:8-15). Mengenai pekerjaan baik (8); mengenai pengajar-pengajar yg sesat (9-10); mengenai teman-teman Paulus dan rencana-rencananya (11-15).
II. Keadaan sejarah
Sukar menyusun kembali gambaran hidup Paulus pada masa ini, sebab tidak ada sumber lain yg dapat dibandingkan dengan Surat-surat Penggembalaan, seperti Kis dalam hal surat-surat yg lebih dulu. Tapi beberapa data nyata bisa didapati dalam Surat-surat ini. Waktu menulis 1 Tim dan Tit, Paulus tidak di penjara, tapi waktu menulis 2 Tim ia tahanan bahkan nampaknya sedang diadili demi hidupnya, dengan kemungkinan bahwa keputusannya dapat mengakibatkan dia dihukum mati (2 Tim 4:6-8). Dari 1 Tim 1:13 jelas bahwa Paulus baru saja berada di sekitar Efesus, dan di situ dia tinggalkan Timotius untuk melaksanakan suatu tugas khusus, terutama mengenai aturan gereja.
Surat Tit menambah data nyata sejarah, sebab dari 1:5 dapat disimpulkan bahwa Paulus belum lama berselang mengunjungi Kreta, dan pada saat itu ia tahu keadaan jemaat-jemaat di situ, sehingga ia dapat memberi petunjuk-petunjuk khusus kepada Titus untuk memperbaikinya. Dalam 3:12 Titus didesak supaya menjumpai Paulus di Nikopolis dan tinggal bersama-sama di sana selama musim dingin, dan dapat diduga bahwa letak kota ini ialah di Epirus: dan inilah satu-satunya acuan bahwa Paulus pernah mengunjungi daerah itu. Titus ditugaskan juga supaya menolong Zenas dan Apolos dalam perjalanan mereka (3:13), tapi apa maksudnya kurang terang.
2 Tim memberikan keterangan-keterangan sejarah yg lebih nyata. Paulus menyebut (1:16) bahwa Onesiforus menjumpainya di Roma, dan ini mengisyaratkan bahwa penulis Surat ini masih berada di Roma sebagai tahanan. Dalam 4:16 dia menyinggung pengadilan terdahulu, yg umumnya dipandang sebagai pemeriksaan awal untuk mempersiapkan pengadilan resmi di hadapan hakim di Roma. Dalam 4:13 ada permintaan Paulus yg menarik perhatian, yakni ia meminta jubah yg ditinggalkannya di rumah Karpus di Troas. Ini dapat berarti bahwa belum lama berselang ia berkunjung ke sana. Ia juga berkata bahwa baru saja ia meninggalkan Trofimus dalam keadaan sakit di Miletus (2 Tim 4:20), sedang Erastus, rekannya sudah tinggal di Korintus.
Tidak mungkin menempatkan semua bahan ini tanpa perubahan dalam perjalanan sejarah menurut Kis. Karena itu tak ada pilihan lain jika orisinalitas Surat-surat Penggembalaan diterima sebagai asli karya rasul Paulus, kecuali menduga bahwa Paulus dibebaskan dari penjara seperti disebut pada akhir Kis. Dan bahwa untuk beberapa waktu dia aktif terus di bagian timur kerajaan Romawi, kemudian ditahan kembali dan akhirnya dihukum mati di Roma oleh pemerintah. Data nyata dari Surat-surat Penggembalaan tidak cukup untuk menyusun kembali risalah perjalanan Paulus, tapi kegiatan selanjutnya paling sedikit di Yunani, Kreta dan Asia, itu pasti. Berdasarkan Rm 15:24-28, beberapa pengamat menempatkan juga dalam kurun waktu ini suatu kunjungan Paulus ke Spanyol. Jika dugaan ini benar, maka kunjungan ke daerah bagian barat ini harus mendahului kembalinya Paulus ke jemaat-jemaat di timur. Tapi jika Surat-surat Kol, Flp dan Flm dihubungkan dengan ditahannya Paulus di penjara Roma, agaknya jelas bahwa pada saat ia dibebaskan rencana Paulus diarahkan ke timur, bukan ke barat.
III. Tujuan
Menerima bahwa ketiga Surat itu ditulis dalam jangka waktu yg pendek, maka yg berikutnya harus dicatat ialah bahwa ketiganya mempunyai tujuan yg sama, yakni supaya rekan sekerja Paulus mendapat nasihat-nasihat untuk menguatkan mereka, baik mengenai tanggung jawab kini maupun tanggung jawab yg akan datang.
Ada beberapa petunjuk mengenai urusan jemaat, tapi tidaklah benar bahwa hanya hal ini tujuan pokok dari masing-masing Surat itu. Dorongan untuk menulis 2 Tim lebih jelas daripada dorongan untuk menulis Surat-surat lainnya. Dalamnya Paulus menyampaikan nasihatnya yg terakhir kepada penggantinya yg agak pemalu, dan antara lain ia mengingatkan Timotius akan bidang tugasnya yg dulu (2 Tim 1:5-7) dan menganjurkan supaya ia bertindak sesuai panggilannya yg mulia itu. Berulang-ulang dalam Surat ini Paulus menujukan nasihat-nasihat yg berbobot kepada Timotius (1:6, 8, 13; 2:1, 22; 3:14; 4:1 dab), suatu hal yg mengisyaratkan bahwa Paulus agak meragukan semangat Timotius menghadapi tanggung jawab besar, yg akan dibebankan di pundaknya. Paulus sangat ingin melihat dia sekali lagi, justru dua kali ia desak supaya Timotius datang secepatnya (4:9, 21), kendati bagian akhir Surat~ini mengisyaratkan Paulus kurang yakin bahwa suasana akan mengizinkan mereka berjumpa (bnd 4:6). Sudah ada peringatan-peringatan tentang orang-orang durhaka yg akan menyusahkan jemaat, baik pada waktu itu maupun pada hari-hari terakhir (3:1 dsb), dan Timotius dinasihati dengan sangat supaya menyingkirkan semua hal itu. Dia harus memberi tugas kepada orang-orang yg layak, supaya mereka meneruskan tradisi yg sudah diterima (2:2).
Tujuan kedua Surat lainnya kurang jelas, sebab dalam keduanya si penerima baru saja ditinggalkan, dan perlunya petunjuk yg begitu rinci tidak mencolok. Mungkin banyak bahan pokok dari Surat-surat ini sudah disampaikan kepada Timotius dan Titus secara lisan; alasan pendapat ini ialah, dalam kedua Surat ini diberikan daftar sifat-sifat secara rinci untuk para pemangku jabatan utama dalam jemaat, dan tak dapat dibayangkan bahwa Timotius dan Titus belum menerima petunjuk-petunjuk seperti itu. Sangat boleh jadi, Surat-surat ini dimaksudkan untuk menguatkan kedua wakil Paulus ini dalam tugas mereka masing-masing. Agaknya Timotius menghadapi beberapa kesukaran karena orang tidak menghormatinya (bnd 1 Tim 4:12 dab), sedang Titus menghadapi di Kreta suatu tugas yg pelik (Tit 1:10 dab). Keduanya harus memperhatikan ajaran yg murni dan tingkah laku yg benar, lalu mengajarkan hal-hal ini kepada orang lain (1 Tim 4:11; 6:2; Tit 2:1, 15; 3:8).
Dalam Surat-surat ini Paulus memang tidak menyajikan uraian teologis. Tidak dibutuhkan uraian panjang lebar tentang ajaran Kristen yg luhur, karena tuturan tentang itu pasti sudah sering didengar Timotius dan Titus dari Paulus. Tapi mereka perlu diingatkan akan kesia-siaan membuang-buang waktu menghadapi kelompok-kelompok pengajar bidat tertentu, yg ajarannya penuh kebohongan dan pertengkaran mulut yg tak ada gunanya (1 Tim 1:4; 4:1 dab; 6:3-4, 20). Nampaknya tak ada hubungan erat antara bidat di jemaat Efesus dan Kreta dengan bidat yg ditentang Paulus dalam Surat Kol, tapi bidat-bidat itu mungkin merupakan bentuk-bentuk yg berbeda dari pemikiran itu, yg pada abad 2 dalam perkembangannya condong ke aliran Gnostisisme.
IV. Keaslian Surat-surat ini
Ahli-ahli modern yg skeptik, mengajukan kecaman tajam terhadap kebenaran Paulus sebagai asli penulis Surat-surat ini. Dalam hal ini, bukti dari gereja perdana sangat penting bila kita mau jujur meneliti soal ini. Surat-surat ini sangat berperan sejak zaman Polikarpus, dan ada tanda-tanda bahwa Surat-surat ini bergema dalam karya Klemen dari Roma dan Ignatius dari Antiokhia yg lebih perdana lagi, sehingga kedua karya itu dapat dihitung di antara tulisan-tulisan PB yg paling kuat pembuktiannya. Alpanya Surat-surat ini dalam Kanon Marsion (kr 140 M) pernah dianggap sebagai bukti bahwa Surat-surat ini tidak umum dikenal pada zamannya, tapi pendapat ini tidak kuat, mengingat Marsion cenderung membuang apa yg tidak menarik baginya atau yg tidak cocok dengan ajarannya. Surat-surat Penggembalaan juga alpa dalam papirus-papirus Chester Beatty. Tapi karena papirus itu tidak lengkap, maka tidak mungkin membuangnya hanya atas 'bukti' itu, apalagi bila kita ingat bahwa Surat-surat ini dikenal dan dipakai di wilayah timur pada suatu masa yg lebih dini dari yg digambarkan oleh papirus itu.
Jadi keberatan-keberatan terhadap keaslian Surat-surat Penggembalaan ini hanyalah suatu gejala modern, yg bertentangan dengan bukti-bukti yg kuat yg berasal dari gereja perdana. Keberatan-keberatan itu mulai dengan serangan Schleiermacher atas keaslian 1 Tim yg kemudian dikembangkan oleh orang lain, di antaranya F. C Baur, H. J Holtzmann, P. N Harrison dan M Dibelius. Alasannya ialah empat masalah utama, yg ditekankan secara berbeda-beda oleh ahli-ahli yg berbeda-beda; barangkali tumpukannyalah yg meyakinkan mereka bahwa Surat-surat ini tak mungkin ditulis oleh Paulus.
a. Masalah historis. Seperti sudah dikatakan, suasana sejarah dari Surat-surat Penggembalaan tak dapat dimasukkan ke dalam kerangka Kis, dan kebutuhan yg konsekuen untuk menduga bahwa Paulus dibebaskan dari penjara, telah mendorong beberapa orang untuk mengemukakan teori-teori lain. Menurut mereka, semua singgungan pribadi merupakan temuan belaka dari seorang penulis yg bukan Paulus, atau beberapa di antara temuan itu merupakan catatan asli yg dimasukkan oleh seorang penulis yg bukan Paulus ke dalam karya tulisnya.
Para pembela teori yg terakhir ini belum pernah mencapai kesepakatan yg bulat tentang penjabaran 'catatan-catatan' itu. Hal ini pada dirinya menimbulkan kecurigaan, bahwa teori mereka tak mungkin benar. Tambahan lagi, sukar sekali memikirkan adanya seorang penulis yg bukan Paulus, yg mampu membuat catatan-catatan pribadi yg begitu meyakinkan seperti yg teracu dalam Surat-surat ini. Akhirnya, teori-teori seperti itu tak perlu jika tetap dipertahankan pendapat yg memang masuk akal, bahwa Paulus dibebaskan dari penjara di Roma.
b. Masalah gereja. Pernah dikatakan bahwa keadaan gereja dalam Surat-surat ini mencerminkan keadaan abad 2 M, dan karena itu tak mungkin Surat-surat ini ditulis oleh Paulus. Sayang pandangan ini didasarkan pada dua alasan yg tidak benar, yakni: bahwa apa yg ditentang dalam Surat-surat ini ialah Gnostisisme abad 2 M, dan bahwa organisasi gereja dalamnya terlalu jauh berkembang untuk zaman Paulus.
Meningkatnya pengetahuan modern tentang Gnostisisme menunjukkan bahwa bidat itu jauh lebih dini berakar dari yg dianggap dulu, dan bahwa bentuk bidat yg ditentang dalam Surat-surat Penggembalaan Sangat jauh bedanya daripada Gnostisisme yg sudah berkembang. Mengenai organisasi gereja, jelas bahwa organisasi yg disebut dalam Surat-surat Penggembalaan lebih sederhana daripada organisasi pada zaman Ignatius (lk 110 M), dan tidak menunjukkan anakronisme (peri keadaan atau situasi yg tidak sesuai dgn zaman) dengan zaman Paulus.
c. Masalah ajaran. Kealpaan ajaran khas Paulus seperti terdapat dalam Surat-suratnya yg lain, dan adanya ungkapan-ungkapan yg beku (mis 'iman itu' dan 'perkataan sehat') yg mengisyaratkan tahapan perkembangan saat ajaran Kristen sudah mencapai bentuk yg mantap, telah membuat beberapa ahli meragukan kepenulisan Paulus. Sayang mereka tidak menalar bahwa Surat-surat ini bersifat pribadi, bukan teologis, dan bahwa Timotius dan Titus sudah mengetahui ajaran pokok Paulus, jadi tidak usah diingatkan lagi. Mengenai keberatan kedua, dapat dikatakan bahwa Paulus sebagai perintis penginjilan yg berpandangan jauh, mustahil tidak menyadari perlunya memelihara dan menjaga ajaran yg benar dalam bentuk yg dapat diingat, betapa segar dan hidup ucapan-ucapannya terdahulu dalam Surat-suratnya kepada jemaat jemaat. Ketepatan istilah-istilah yg dia gunakan untuk tujuan ini harus diakui.
d. Masalah bahasa. Surat-surat Penggembalaan ini mengandung sekian banyak kata yg tidak digunakan dalam kitab mana pun dalam PB. Dan beberapa di antara kata-kata itu tidak terdapat dalam tulisan-tulisan Paulus lainnya. Ada pengamat yg mengatakan tanda-tanda itu membuktikan bahwa Surat-surat ini bukan dari Paulus, terutama oleh alpanya banyak kata ganti, kata depan dan kata-kata sederhana yg lazim digunakan oleh Paulus.
Penghitungan jumlah kata seperti ini memang berguna. Tapi hanya jika ada cukup data nyata untuk menjadi dasar perbandingan, dan hal ini tidak terpenuhi dalam hal Surat-surat Paulus, yg jumlah kosa katanya tidak lebih dari 2.500 kata yg berbeda. Agaknya tidak ada alasan mengapa tidak bisa terjadi perbedaan kosakata dan gaya bahasa dalam tulisan seseorang.
Kesimpulan, harus dikatakan bahwa keberatan-keberatan itu, sekalipun dipandang sebagai satu kesatuan, tidak memberikan alasan yg cukup untuk membuang keyakinan gereja Kristen sampai abad 19, yaitu bahwa ketiga Surat ini adalah asli tulisan Paulus.
V. Nilai
Sepanjang sejarah gereja, Surat-surat Penggembalaan terus digunakan untuk mengajar hamba-hamba Kristus (pendeta-pendeta) mengenai tugas-tugas dan perilaku mereka, dan tak terhitung nilainya dalam membentuk pola kelakuan sehari-hari mereka. Faedah dan daya tariknya lebih daripada itu, sebab dalamnya bertaburan kata-kata mutiara yg menguatkan roh dan mengandung pengertian teologis, yg telah sering memperkaya hidup kesalehan dalam gereja. Nas-nas seperti 1 Tim 3:16; Tit 2:12; 3:4; dll, mengarahkan perhatian pembaca kepada kebenaran-kebenaran Injil yg luhur, sedang 2 Tim melestarikan kata-kata terakhir Paulus yg sangat mengharukan.
KEPUSTAKAAN. J. N. D Kelly, The Pastoral Epistles, 1963; M Dibelius dan H Conzelmann, Die Pastoralbriefe, 1955; B. S Easton, The Pastoral Epistles, 1948; D Guthrie, The Pastoral Epistles, TNTC, 1958; New Testament Introduction, 1, The Pauline Epistles, 1961; P. N Harrison, The Problem of the Pastoral Epistles, 1921; J Jeremias, Die Briefe an Timotheus and Titus, Das Neue Testament Deutsch, 1953; W Michaelis, Pastoralbriefe and Gefangenschafisbriefe, 1930; EX Simpson, The Pastoral Epistles, 1954; C Spicq, Les Epittes Pastorales, Etudes Bibliques, 1948. DG/MHS/HAO

SURAT-SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT TESALONIKA,

Ditempatkan dalam PB sebagai surat kedelapan clan kesembilan dari surat-surat Paulus. (TB bahasa Indonesia:'kepada jemaat di Tesalonika'). Paulus datang dari *Filipi ke *Tesalonika; disertai ¦Timotius dan *Silas, dan tinggal di sana sekitar sebulan lamanya (Kis. 17:1-9) sebelum kerusuhan memaksa mereka secara tidak berencana berangkat ke *Berea dan dari situ ke *Atena tanpa Timotius dan Silas. Di Atena Paulus menunggu mereka menyusul (Kis. 17:16), sepertinya memang paling tidak Timotius menyusul (1Tes. 3:1-3) yang datang dari Atena ke Tesalonika untuk membantu jemaat di situ. Paulus menuliskan Surat Tesalonika Pertama setelah Timotius kembali kepadanya, tetapi pada saat itu Paulus telah pergi meninggalkan Atena yang acuh tak acuh, ke kota *Korintus, yang berubah-ubah (Kis. 18:5). Di Korintus itu pada tahun 51 M Paulus menuliskan Surat Tesalonika Pertama, dan (kecuali Surat Galatia dapat membuktikan lebih dulu ditulis) adalah suratnya yang paling pertama. Surat 1 Tesalonika tidak mempunyai pokok pembicaraan yang dramatis dan kontroversial. Jemaat di kota Tesalonika mempunyai anggota yang Yahudi maupun yang *bukan Yahudi. Yang terakhir agaknya bingung mengenai ajaran *apokalyptik tentang *parousia atau kedatangan Yesus kembali dan tentang *penghakiman akhir. Kepercayaan Kristen Rasul Paulus mengerti *kebangkitan Kristus sebagai yang pertama dari sejumlah peristiwa *eskhatologi, sedangkan orang Tesalonika yang mungkin dulunya adalah penganut kultus Serapis yang menjanjikan suatu kehidupan berikut, dan sekarang sebagai orang Kristen lalu mengha rapkan segera akan menikmati kehidupan itu dalam suatu kebangkitan umum. Oleh karena Paulus hares meninggalkan Tesalonika dengan tergesa-gesa, ia sekarang ingin menyatakan terima kasihnya untuk kehangatan mereka yang telah menyambut dan menerimanya. Alasannya untuk itu adalah alasan yang sepenuhnya terhormat. Sambutan mereka adalah sambutan kegembiraan (iTes. 1:6). Tetapi, Paulus sesungguhnya khawatir akan keadaan jemaat muda di Tesalonika itu dan menganjurkan agar orang Kristen tetap berpengharapan. Benar bahwa beberapa anggota jemaat sudah mati, tetapi mereka tidak akan rugi apa pun pada waktu Kristus kembali: Orang Kristen dalam hidup yang sekarang ini sudah mendapat bagian pada kehidupan yang baru dalam Kristus. Banyak dari pesan Surat 1 Tesalonika diulangi dalam 2 Tesalonika, yang menimbulkan masalah mengenai penentuan penulisnya. Mungkinkah Paulus menuliskan surat yang serupa kepada jemaat yang sama dalam waktu yang begitu berdekatan? Tetapi, memang dengan segala kesaBanyak dari pesan Surat 1 Tesalonika diulangi dalam 2 Tesalonika, yang menimbulkan masalah mengenai penentuan penulisnya. Mungkinkah Paulus menuliskan surat yang serupa kepada jemaat yang sama dalam waktu yang begitu berdekatan? Tetapi, memang dengan segala kesamaan ada juga perbedaan: kata 'panggilan' dalam 2Tes. 1:11 misalnya tidaklah sama artinya dengan yang lazim digunakan Paulus (1Tes. 2:12) dan kata 'penurut' (1Tes. 2:14) berbeda dari penggunaannya dalam 2Tes. 3:9. *Eskhatologi dari 2Tes. 2 mengarahkan untuk mengenali tanda-tanda '*akhir zaman', sementara 1Tes. 5:4-5 menasihati mereka bahwa 'akhir zaman' itu akan datang mendadak. Juga masih mungkin bahwa 'manusia durhaka' yang menduduki Bait Suci yang dibicarakan 2Tes. 2:3-4 berkaitan dengan Mrk. 13:14-17, yang jelas-jelas lebih kemudian dari apa yang dituliskan Paulus. Bahasa 2 Tesalonika tidak menunjuk pada suatu peristiwa sejarah, seperti maksud Caligula untuk mendirikan patung dirinya sendiri dalam Bait Suci pada 40 M. Upaya agar Surat 2 Tesalonika itu mendapat kepercayaan sebagai surat Paulus asli jelas terungkap dalam 2Tes. 2:1-2, di mana disebutkan adanya beredar surat yang katanya dari Paulus dan mengajarkan bahwa *hari Tuhan sudah tiba. Dan lagi 2Tes. 3:17 agak berlebihan meminta perhatian pada tulisan tangan Paulus sendiri, sebab apabila orang Tesalonika itu baru saja membaca 1 Tesalonika, maka agak aneh bahwa Surat 2 Tesalonika harus dibenarkan keasliannya secara demikian. Lebih baik dibayangkan bahwa ada surat yang beredar dengan menggunakan nama Paulus, mengajarkan bahwa hari Tuhan sudah tiba dan bahwa seorang murid Paulus menuliskan Surat 2 Tesalonika pada 80 M untuk menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa yang mendahului hari Tuhan itu belum terjadi. Surat 2 Tesalonika adalah dorongan bagi orang Kristen di Tesalonika untuk berdiri teguh dalam iman. Penantian kedatangan Kristus tidak boleh dijadikan alasan untuk menolak bekerja mencari nafkah sekarang (2Tes. 3:11-12).

KORINTUS, SURAT-SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT

Dalam PB surat-surat ini ditempatkan segera setelah surat Paulus kepada jemaat Roma. Seorang komentator menguraikan masalah-masalah di sekitar kedua surat Paulus kepada orang-orang yang telah ditobatkannya, yang bergolak ini, sebagai terlalu bodoh bagi semua orang, kecuali mereka yang menemukan bahwa *kritik sastra menyodorkan sesuatu yang penting, sama seperti permainan catur. Ini benar-benar pandangan pesimistik terhadap surat-menyurat yang memberi informasi mempesonakan tentang organisasi sosial yang kompleks, yang baru berdiri, dan merupakan campuran berbagai suku bangsa, yakni komunitas Kristen di tengah-tengah kebudayaan Helenistik. Surat-surat ini juga memberi informasi yang tidak ada bandingnya mengenai diri Paulus sendiri: kepekaan pastoralnya, emosi manusiawinya, bimbingannya dalam *beribadah, dan Penjelasan pengajarannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan jemaat Korintus. Paulus tiba di Korintus dari *Atena menjelang akhir tahun 49 M, kira-kira bersamaan waktunya dengan kedatangan *Priskila dan *Akwila. Ia membuat *Krispus, pemimpin *sinagoga, bertobat, dan tinggal di kota itu sekitar 18 bulan lamanya. Tuduhan orang-orang Yahudi terhadap Paulus ditolak oleh *Galio (Kis. 18:16). Sekalipun begitu, Paulus memutuskan untuk pindah ke *Efesus. Paulus telah meyakinkan orang-orang Kristen Korintus bahwa *akhir zaman hampir tiba, sebelum mereka mati. Dengan demikian, ia mengendurkan mereka dari rencana-rencana jangka panjang dan menyarankan cara hidup asketis dalam selang waktu yang tersisa. Seperti mereka, Paulus pun berbahasa *lidah. Ibadah penyembahan berhala di sekeliling mereka tidak berarti, tidak diperhitungkan, dan ibadah Kristen di Korintus begitu bersemangat. Namun, berita yang sampai di *Efesus menggelisahkan. Paulus sedih mendengar bahwa jemaat Korintus menyombongkan *karunia-karunia rohani mereka yang menggairahkan dan pengetahuan khusus (gnosis) yang mereka miliki. Karena itu, ia menulis sebuah surat kepada jemaat Korintus, yang sering disebut 'surat yang terdahulu', yang merujuk pada 1Kor. 5:9, untuk memperingatkan mereka agar berhati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang yang tidak percaya. Paulus juga menjelaskan tentang *kebangkitan orang mati, yang kelihatannya menyiratkan bahwa ada di antara mereka akan mati sebelum akhir zaman. Jelas, bahwa surat ini menyebabkan jemaat Korintus terguncang. Mereka merasa bahwa rasul mereka telah berubah pandangan. Jemaat terpecah-pecah ke dalam berbagai faksi, di bawah bendera Paulus, *Petrus, dan *Apolos, yang juga telah mengunjungi Korintus. (Memang, Apolos kemungkinan telah menulis sebuah surat kepada jemaat Korintus yang dalam PB dikenal sebagai Surat Ibrani.) Jemaat Korintus yang telah terpecah-pecah mengirim informasi lebih lanjut kepada Paulus, sebagian tertulis, dan sebagian lisan. Ada pertanyaan-pertanyaan yang meminta jawabannya, dan ada komentar-komentar masam dari pembawa-pembawa surat itu mengenai situasi jemaat Korintus. Paulus menjawabnya dalam 1 Korintus, meskipun ia mengirim *Timotius ke Korintus sebelum surat itu selesai. Surat ini berkenaan dengan masalah-masalah: hubungan suami istri (1Kor. 7), makanan yang dipersembahkan kepada berhala (8-10), ibadah (11-14), dan kebangkitan orang mati (15). Akhirnya, ia mengimbau mereka agar mereka mengadakan *pengumpulan uang untuk jemaat Yerusalem (16). Paulus menuntut jemaat Korintus agar tidak hanya puas dengan *hikmat manusia (2:5), dan menguraikan secara rinci teologi *salib (seperti dalam Rm. 5:6-11). Pendirian yang mendasar dalam inti surat ini adalah pentingnya saling membangun dalam *kasih di antara anggota tubuh Kristus. Setiap karunia yang mereka miliki haruslah dikontrol oleh kasih. Timotius bergabung kembali dengan Paulus dan melaporkan perselisihan yang makin berkembang itu kepadanya. Paulus sendiri telah mengadakan kunjungan kilat kepada mereka, dan ini juga tidak berhasil. Setelah kembali ke Efesus, Paulus menulis surat celaan yang amat keras. Banyak sarjana menganggap 2Kor. 10-13 sebagai surat yang keras ini, yang entah bagaimana ditambahkan pada 2Kor. 1-9, pada tempat yang salah; hal seperti ini mudah terjadi. Pada derajat tertentu, surat ini, bersama dengan kunjungan *Titus, mempunyai akibat Yang lebih baik (2Kor. 7:6), dan ketika Paulus menerima berita ini, ia mengirim 2Kor. 1-9 bersama *Titus (2Kor. 8:17). Ia meminta kepada sekelompok minoritas di Korintus yang kelewat iri hati, yang tidak bersedia mengampuni anggota jemaat yang berbuat jahat, agar lebih bermurah hati. Sekali lagi, mereka diminta untuk mengingat jemaat miskin di Yerusalem. Paulus mengadakan kunjungan ketiga, kunjungan yang lebih pendek (Kis. 20:3). Setelah itu tidak ada lagi informasi mengenai jemaat Korintus hingga 40 tahun kemudian, ketika pertengkaran-pertengkaran baru menimbulkan celaan dari jemaat Roma dalam Surat 1 *Klemens.

br ; th. 67

Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,

1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67

1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.